Senin, 22 Agustus 2011

TATA CARA BELAJAR BACA KITAB KUNING

TATA CARA BELAJAR BACA KITAB KUNING
PEMBELAJARAN INI DIPERUNTUKKAN BAGI SIAPA PUN DENGAN SYARAT
- Telah bisa membaca tulisan arab yang berharakat
- Telah memiliki pengetahuan walaupun sangat sederhana tentang kaidah bahasa Indonesia, misalnya tahu apa itu subyek, predikat dll
- Memiliki motivasi yang kuat untuk bisa membaca teks-teks berbahasa Arab yg tidak ada harakatnya
1. Pembelajaran ini terdiri dari 3 komponen, yaitu: (1) kosakata, (2) kaidah, dan (3) latihan.
2. Sebaiknya sebelum anda mempelajari kaidah dan menjawab latihan-latihan yang ada pada setiap pelajaran, anda telah menghafalkan kosakata yang ada pada pelajaran yang anda pelajari terlebih dahulu
3. Cara menghafalkan kosakata:
a. Pada setiap pelajaran disebutkan kosakata baru yang akan muncul dalam pelajaran tsb,
b. Terjemah kosakata yang ada bisa dicari dalam posting tersendiri, yaitu Metode 33 Kosakata
c. Cara membaca kosakata yang ada dalam kosakata adalah yang tidak ada harakatnya dibaca fathah, dan huruf akhir yang tidak ada harakatnya dibaca sukun dulu saja.
d. Hafalkan kosakata dan terjemah Indonesianya dengan baik. Tidak harus hafal di luar kepala, tetapi jika hafal di luar kepala akan lebih baik.
4. Setelah hafal kosakata silahkan baca dan pahami kaidah yang ada pada pelajaran yang anda pelajari. Pelajaran 1 ada pada posting Metode 33 Pelajaran 1, Pelajaran 2 ada pada posting Metode 33 Pelajaran 2 dan seterusnya.
5. Jawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersedia di dalam latihan pada setiap pelajaran. Khusus latihan membaca anda bisa menulisnya dengan tulisan arab yang diharakati atau tulisan latin
6. File2 ini sudah tercetak dalam sebuah buku yang berjudul CARA CEPAT BISA BACA KITAB: METODE 33
7. SELAMAT BELAJAR DAN MENCOBA... SEMOGA SUKSES SELALU... DAN SEMOGA KITA SENANTIASA MENDAPAT RAHMAT, RIDHA DAN HIDAYAH DARI ALLAH SWT. AMIN.

Minggu, 21 Agustus 2011

Metode 33 Pelajaran 11

PELAJARAN 11
KHABAR DARI MUBTADA` YANG DIBUANG, BADAL DAN MU’TALL AKHIR
KOSAKATA:
إزالة، نجاسة، إيصال، بشرة، هي، سيدنا، عصا، يمنى، يسرى، مدعوّ، وقت، طلب، تعذُّر، القاضي، قبل، إمرار، جسد، تقديم
KAIDAH:
17. Sering kita jumpai dalam teks-teks berbahasa Arab klasik yang mengungkapkan tentang pembagian yang biasanya dalam bahasa Indonesia diberi nomor urut, akan tetapi di dalam bahasa Arab sering tidak memakai nomor urut. Misalnya:
وفرائِضُ الْغُسْلِ ثلاثةُ أشْياء: النِّيّةُ وإِزالةُ النّجاسةِ وإِيْصالُ الْماءِ إِلى جمِيْعِ الشّعْرِ والْبشرةِ
Terjemah harfiahnya:
(Adapun fardhu-fardhunya mandi itu ada tiga perkara: (yaitu) niat, menghilagkan najis, dan menyampaikan air ke semua rambut dan kulit)
Terjemah alternatif:
(Rukun-rukun mandi itu ada tiga, yaitu: (1) niat, (2) menghilangkan najis, dan (3) meratakan air ke seluruh rambut dan kulit).
Pada contoh di atas, status kata النِّيّةُ adalah khabar dari mubtada` yang dibuang, jika ditampakkan adalah هِي النِّيّةُ dan seterusnya. Dengan demikian, kata النِّيّةُ dibaca rafa’ sebagai khabar.
18. Di dalam bahasa Arab sering muncul penyebutan sesuatu yang dilanjutkan dengan penyebutan kata lain yang sebenarnya makna kata itu adalah kata yang sudah disebutkan sebelumnya. Dalam hal seperti ini para ahli tata bahasa Arab menyebutnya dengan istilah badal.
Contoh: سيِّدُنا مُحمّدٌ (penghulu kita Muhammad).
Makna dan isi dari kata سيِّدُنا adalah kata مُحمّدٌ.
Susunan kata yang pertama (سيِّدُنا) disebut mubdal minhu dan kata kedua (مُحمّدٌ) disebut badal. Jadi pada contoh di atas kata مُحمّدٌ adalah badal, dan سيِّدُنا adalah mubdal minhu.
I’rabnya badal mengikuti i’rabnya mubdal minhu, artinya, jika mubdal minhu dibaca rafa’ maka badal juga dibaca rafa’, seperti contoh سيِّدُنا مُحمّدٌ di atas, karena سيِّدُنا dibaca rafa’ maka kata مُحمّدٌ juga dibaca rafa’, begitu pula jika mubdal minhu dibaca nashab atau jarr, maka badal harus mengikuti i’rabnya mubdal minhu. Bandingkan dengan i’rabnya man’ut + na’at.
19. Apabila ditemukan kata, baik isim maupun fi’il, dalam bahasa Arab yang akhirnya huruf waw, alif atau ya’ asli (bukan tambahan) dan sebelum huruf terakhir berharakat, maka waw, alif dan ya’ itu disukun dan i’rabnya dikira-kirakan, kecuali waw dan ya’ yang difathah atau dibaca nashab. Kata yang seperti ini dinamakan mu’tall akhir (huruf terakhir berupa huruf ‘illah). Huruf ‘illah ada tiga: alif, waw, dan ya`.
Catatan:
- Alif ada yang ditulis dengan berdiri tegak (ا) dan ada yang ditulis seperti ya’. Yang ditulis seperti ya’ tidak ada titik di bawahnya dan disebut dengan alif layyinah (ى).
Contoh: العصا، اليُمْنى
- Ya’ dan waw di akhir kata yang ditasydid diharakati sebagaimana huruf-huruf lain.
Contoh: الشافِعِيُّ، الْمدْعُوُّ


LATIHAN
1. Bacalah teks berikut ini dengan benar (terutama perhatikan cara membaca akhir kata dari setiap kata yang ada) kemudian terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia!
وفروض الوضوء ستة أشياء: النية عند غسل الوجه، وغسل الوجه، وغسل اليدين إلى المرفقين، ومسح بعض الرأس، وغسل الرجلين إلى الكعبين، والترتيب// وشرائط التيمم خمسة أشياء: وجود العذر بسفر أو مرض، ودخول وقت الصلاة، وطلب الماء، وتعذر استعمال الماء بعد الطلب، والتراب الطاهر// وصلى اللّه على سيدنا محمد// القاضي أبو شجاع أحمد بن الحسين// الفقه على مذهب الإمام الشافعيّ// وسنن الغسل خمسة أشياء: التسمية، والوضوء قبل الغسل، وإمرار اليد على الجسد، والموالاة، وتقديم اليمنى على اليسرى//
2. Tunjukkan kata yang menjadi khabar dari mubtada` yang dibuang pada teks di atas!
3. Tunjukkan kata yang menjadi badal pada teks di atas!
4. Tunjukkan isim mu’tall akhir dari teks di atas lalu sebutkan status dan tanda i’rabnya!
5. Sebutkan status masing-masing kata dari teks di atas dan sebutkan tanda i’rabnya!

Metode 33 Pelajaran 10

PELAJARAN 10
‘ATHAF DAN HURUF ISTI`NÂF
KOSAKATA:
نية، ترتيب، وجه، و، أو، ثم، سماء، بحر، نهر، سكر، مرض، قائم، جالس، شعر، فصل، حال، كلب، خنزير، تسمية، كف، استنشاق، جميع، رأس، لحية، كث، موالاة، غير، وجود، عذر، سفر، بعض، تيمُّم، عدم
KAIDAH:
16.a. Di dalam bahasa Arab ada satu huruf yang sering muncul, yaitu huruf waw (و). Huruf ini mempunyai beberapa fungsi, antara lain berfungsi sebagai huruf ‘athaf (dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan kata penghubung).
Waw yang berfungsi sebagai huruf ‘athaf disebut dengan waw ‘athaf, dipakai untuk menghubungkan dua atau lebih kata atau susunan kata (baik yang berbentuk kalimat maupun yang bukan kalimat) dalam suatu pembicaraan.
Waw ‘athaf ini biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “dan”.
Dalam kaidah bahasa Arab apabila ada dua kata atau lebih yang dihubungkan dengan huruf ‘athaf maka kata yang kedua i’rabnya sama dengan kata yang pertama.
Contoh:
1. النِّيّةُ والتّرْتِيْبُ (niat dan tertib)
2. غسْلُ الْوجْهِ وغسْلُ الْيديْنِ (membasuh muka dan membasuh dua tangan)
Jika i’rab kata غسْلُ yang pertama (disebut dengan ma’thuf ‘alaih) adalah rafa’ maka i’rab kata غسْلُ yang kedua (disebut dengan ma’thuf) juga rafa’. Begitu pula jika i’rabnya ma’thuf ‘alaih itu nashab atau jarr maka i’rabnya juga nashab atau jarr. Kasus yang sama terjadi pada contoh: النِّيّةُ والتّرْتِيْبُ.
Waw ‘athaf juga sering muncul diulang-ulang untuk menghubungkan beberapa kata atau susunan kata. Jika dalam kasus seperti ini maka untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia biasanya diberi koma, sementara kata penghubung “dan” diungkapkan sebelum ma’thuf terakhir.
Contoh:
ماءُ السّماءِ وماءُ الْبحْرِ وماءُ النّهْرِ وماءُ الْبِئْرِ (air hujan, air laut, air sungai dan air sumur).
Ada huruf ‘athaf lain yang sering muncul, yaitu أوْ (atau) dan ثُمّ (kemudian). Fungsi kedua huruf ini sama dengan fungsi waw ‘athaf (sebagaimana yang telah dijelaskan).
Contoh:
1.بِسكرٍ أوْ مرضٍ (sebab mabuk atau sakit).
2. محْمُوْدٌ قائِمٌ ثُمّ جالِسٌ (Mahmud berdiri kemudian duduk).
16.b.Fungsi lain dari huruf waw (و) dan ثُمّ adalah sebagai isti`naf (memulai ungkapan baru). Waw dan ثُمّ isti`naf muncul di awal kalimat setelah adanya kalimat sempurna yang biasanya kalimat kedua merupakan kalimat yang berdiri sendiri atau muncul pada awal fashal. Dengan demikian, isim setelah waw dan ثُمّ isti`naf berstatus sebagai mubtada`.
Contoh:
1. Setelah berbicara tentang cara menyucikan kulit lalu ada kalimat berikutnya وعظْمُ الْميْتةِ وشعْرُها نجِسٌ (Tulang dan bulu bangkai (itu) najis)
2. (فصْلٌ) والسِّواكُ مُسْتحبٌّ فِيْ كُلِّ حالٍ (‘Fashal’ Gosok gigi (itu) sunnah dalam keadaan apa pun)
3. ثُمّ الْمِياهُ على أرْبعةِ أقْسامٍ (Air (itu) terbagi menjadi empat)
Waw dan ثُمّ isti`naf tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
LATIHAN
1. Bacalah teks berikut ini dengan benar (terutama perhatikan cara membaca akhir kata dari setiap kata yang ada) kemudian terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia!
جلد الكلب والخنزير نجس// وفروض الوضوء النية عند غسل الوجه، وغسل الوجه، وغسل اليدين إلى المرفقين، ومسح بعض الرأس، وغسل الرجلين إلى الكعبين، والترتيب// وسنن الوضوء التسمية، وغسل الكفين، والمضمضة، والاستنشاق، ومسح جميع الرأس، ومسح الأذنين، وتخليل اللحية الكثّة، وتخليل أصابع اليدين والرجلين، والموالاة// ثم المياه على أربعة أقسام: طاهر مطهر غير مكروه، وطاهر مطهر مكروه، وطاهر غير مطهر، وماء نجس// التيمم جائز عند عدم الماء، وعند وجود العذر بسفر أو مرض//
2. Tunjukkan huruf-huruf ‘athaf dan huruf-huruf isti`naf yang ada pada teks di atas, kemudian tujukkan i’rab kata sesudahnya!
3. Sebutkan status masing-masing kata dari teks di atas dan sebutkan tanda i’rabnya!

Metode 33 Pelajaran 9

PELAJARAN 9
ISIM GHAIRU MUNSHARIF
KOSAKATA:
ستة، عشرة، عرفة، دمشق، عالِم، أحمر، سكران، أصفر، أبيض، أفضل، تخليل، استدبار، قبلة، صحراء، خمسة، رمي، إحرام، دخول، وقوف، خفّ، جائز
KAIDAH:
15. Sebagaimana telah disebutkan pada kaidah 11, bahwa isim mufrad dan jama’ taksir itu apabila dibaca jarr maka akhir katanya harus dikasrah. Di dalam bahasa Arab ada isim mufrad dan jama’ taksir yang apabila dibaca jarr tidak dikasrah, akan tetapi difathah. Isim ini disebut dengan isim ghairu munsharif.
Isim ghairu munsharif adalah isim yang, walaupun tidak ada kata sandang alif dan lam (ال), tidak ditanwin.
Ada beberapa isim ghairu munsharif, antara lain:
a. Nama (orang/kota dll) perempuan yang hurufnya lebih dari tiga.
Contoh: فاطِمةُ، عرفةُ (Fatimah, Padang Arafah)
b. Nama orang laki-laki tetapi diakhiri dengan ta’ marbuthah.
Contoh: حمْزةُ (Hamzah)
c. Nama (orang/kota dll) yang aslinya bukan nama Arab.
Contoh: إِبْراهِيْمُ، دِمشْقُ (Ibrahim, Damaskus)
d. Nama yang menyerupai fi’il.
Contoh: أحْمدُ، يزِيْدُ (Ahmad, Yazid)
e. Nama yang diakhiri dengan ا dan ن.
Contoh: عُثْمانُ (Usman)
f. Bentuk jama’ taksir yang huruf ketiganya alif sementara harakat dua huruf sebelumnya fathah semua, dan huruf sesudah alif dikasrah. Jama’ taksir yang ini biasa disebut dengan muntahal jumu’.
Contoh: مساجِدُ (masjid-masjid)
g. Bentuk jama’ taksir yang hurufnya lebih dari empat dan diakhiri oleh alif dan hamzah.
Contoh: عُلماءُ (Ulama`)
h. Kata sifat untuk perempuan yang diakhiri dengan alif dan hamzah.
Contoh: حمْراءُ (merah)
i. Kata sifat yang diakhiri dengan alif dan nun.
Contoh: سكْرانُ (yang mabuk)
j. Kata sifat yang menyerupai fi’il.
Contoh: أحمر (merah), أبيض (putih), أصفر (kuning), أفضل (lebih utama).
Catatan:
Isim ghairu munsharif kalau sudah diberi kata sandang alif dan lam (ال), atau menjadi mudhaf, maka menjadi isim munsharif, sehingga jika dibaca jarr dikasrah.
LATIHAN
1. Apa isim ghairu munsharif itu?
2. Bacalah teks berikut ini dengan benar (terutama perhatikan cara membaca akhir kata dari setiap kata yang ada) kemudian terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia!
في ثلاثة مواضع// فروض الوضوء ستة أشياء// سنن الوضوء عشرة أشياء// تخليل أصابع اليدين// الاستنجاء بالأحجار// الماء أفضل// استدبار القبلة في الصحراء// فرائض الغسل ثلاثة أشياء// سنن الغسل خمسة أشياء// لرمي الجمار الثلاث// الغسل عند الإحرام// الغسل عند دخول مكّة// الغسل للوقوف بعرفة// المسح على الخفّين جائز بثلاثة شرائط//
3. Carilah isim-isim ghairu munsharif pada teks di atas!
4. Carilah isim-isim munsharif yang asalnya isim ghairu munsharif pada teks di atas!
5. Sebutkan status isim-isim dari teks di atas dan sebutkan tanda i’rabnya!



Metode 33 Pelajaran 7

PELAJARAN 7
I’RABNYA ISIM: JARR
KOSAKATA:
أبوك، أخوك، حموك، فوك، ذو مال، قرابة، ثلاثة، أشد، استحباب، غسل، يد، مرفق، اختص – يختص، مصنف، سيارة، رافق – يرافق، أداء، حج
KAIDAH:
11.d.Jika isim itu dibaca jarr maka huruf terakhir dari isim mufrad, jama’ taksir dan jama’ mu`annats salim dikasrah. Contoh: عمِيْقٍ، ٍكبِيْرةٍ، رِجالٍ، بُيُوْتٍ، رُكبٍ، مُجْتهِداتٍ, sementara untuk isim mutsanna dan jama’ mudzakkar salim perubahannya sama dengan apabila isim itu dibaca nashab, yaitu diakhiri dengan ya` dan nun. Contoh: جدِيْديْنِ، جدِيْدتيْنِ، مُجْتهِدِيْن.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat tabel berikut:
Rafa’ Nashab Jarr
Mufrad mudzakkar/ mu`annats Dhammah. Contoh:
عميقٌ، عميقةٌ Fathah. Contoh:
عميقًا، عميقةً Kasrah. Contoh:
عميقٍ، عميقةٍ
Jama’ taksir Dhammah. Contoh:
رجالٌ، بيوتٌ Fathah. Contoh:
رجالا، بيوتًا Kasrah. Contoh:
رجالٍ، بيوتٍ
Jama’ mu`annats salim Dhammah. Contoh:
مجتهداتٌ Kasrah. Contoh:
مجتهداتٍ Kasrah. Contoh:
مجتهداتٍ
Mutsanna mudzakkar/ mu`annats Alif. Contoh:
مجتهدان، مجتهدتان Ya`. Contoh:
مجتهدين، مجتهدتين Ya`. Contoh:
مجتهدين، مجتهدتين
Jama' Mudzakkar Salim dibaca Rafa' dengan Waw. Contoh: مجتهدون
Jama' Mudzakkar Salim dibaca Nashab dengan Ya`. Contoh: مجتهدِين
Jama' Mudzakkar Salim dibaca Jarr dengan Ya`. Contoh: مجتهدِين
Catatan:
Ada lima isim mufrad yang i’rabnya berbeda dengan isim mufrad yang lain. Isim-isim ini adalah فو, حم, أخ, أب dan ذو. Lima isim ini jika menjadi mudhaf (akan dijelaskan pada kaidah 13) maka pada saat dibaca rafa’ dengan waw, dibaca nashab dengan alif, dan pada saat dibaca jarr dengan ya`. Isim-isim ini biasa disebut dengan al-asma`ul khamsah.
Contoh:
Dibaca rafa’ Dibaca nashab Dibaca jarr
أبٌ أبُوْ شُجاعٍ أبا شُجاعٍ أبِيْ شُجاعٍ
فُوْ فُوْك فاك فِيْك
ذُوْ ذُوْ قرابةٍ ذا قرابةٍ ذِيْ قرابةٍ
LATIHAN
1. Bacalah teks berikut ini dengan benar, kemudian terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan sebutkan i’rab kata yang diberi garis bawahnya!
حفظ محمدٌ الدرس// أحمدُ في البيتِ// يحفظ محمودٌ الوضوء// الركبتان كبيرتان// دون القلتين// السواكُ في ثلاثةٍ أشدُّ استحبابًا// وغسلُ اليدين إلى المرفقين// تختص النساءُ بالحيضِ// الصلواتُ المفروضةُ واجبةٌ على مسلمٍ// المدرّسان الجميلان مجتهدان في الاعتكافِ// استعمالُ أواني الذهبِ والفضةِ حرامٌ// الحيضُ دمٌ خارجٌ من فرجِ المرأةِ البالغةِ// أبو شُجاعٍ مصنّفُ كتابِ التقريبِ// سيّارةُ أبيك جديدةٌ// رافق حامدٌ أخاه في أداءِ فريضةِ الحجِّ//
2. Isilah kolom-kolom di bawah ini!
Kata Dibaca rafa’ contoh Dibaca nashab contoh Dibaca jarr contoh
Isim mufrad

Isim Mutsanna

Jama’
mudzakkar salim
Jama’
mu`annats salim
Jama’ taksir





Metode 33 Pelajaran 8

PELAJARAN 8
ISIM-ISIM YANG DIBACA JARR, IDHAFAH DAN ZHARAF
KOSAKATA:
كـ، ثواب، كثير، محسن، فقه، تقسيم، أربعة، عظم، ميتة، نجس، نوم، إمام، مأموم، أمام، بعد، عشاء، غسل، دباغ، رجل، كعب، بول، غائط، غروب، شمس، رب، عالِم، كل، ركعة، عند، قيام، مسح، أُذُن
KAIDAH:
12.a.Jika ada isim didahului oleh salah satu huruf jarr maka isim itu dibaca jarr. Huruf-huruf jarr antara lain: مِنْ, إِلى, عنْ, على, فِيْ, بِـ, كـ, dan لِـ.
Contoh:
1. مِن التّقْسِيْماتِ 3. عنِ الْإِسْلامِ 5. فِيْ الْفِقْهِ 7. كالْمُحْسِنِيْن
2. إِلى الْمِرْفقيْنِ 4. على الْمُتعلِّمِ 6. بِماءٍ 8. لِلثّوابِ
Dalam tata bahasa Arab susunan ini disebut dengan susunan jarr + majrur. Huruf jarr disebut jarr dan isim yang didahului oleh huruf jarr disebut majrur. Jadi pada susunan فِيْ الْفِقْهِ misalnya, فِيْ adalah jarr dan الْفِقْهِ adalah majrur.
12.b. Susunan jarr + majrur dapat berstatus sebagai khabar. Dalam keadaan seperti ini i’rabnya jarr + majrur sesuai statusnya sebagai jarr dan majrur.
Contoh: الْولدُ فِيْ الْمسْجِدِ (anak (itu) di dalam masjid).
Kata الْولدُ adalah mubtada` dan susunan فِيْ الْمسْجِدِ adalah khabar yang terdiri dari jarr + majrur.
Khabar yang terdiri dari jarr + majrur bisa saja didahulukan daripada mubtada`nya.
Contoh: فِيْ الْمسْجِدِ ولدٌ (di masjid ada seorang anak).
Susunan kata فِيْ الْمسْجِدِ adalah khabar yang didahulukan dan kata ولدٌ adalah mubtada` yang diakhirkan daripada khabarnya.
13. Selain didahului oleh huruf jarr, isim bisa dibaca jarr apabila isim itu dalam sebuah gabungan makna yang biasa disebut idhafah.
Idhafah adalah susunan dua kata atau lebih yang membentuk satu gabungan makna yang tidak terpisahkan.
Contoh: ماءُ الْبِئْرِ (air sumur).
Kata ماءُ adalah mudhaf dan kata الْبِئْرِ adalah mudhaf ilaih.
Isim yang berstatus sebagai mudhaf kedudukan i’rabnya tergantung statusnya di dalam kalimat, sedangkan isim yang berstatus sebagai mudhaf ilaih selalu dibaca jarr.
Contoh:
a. عظْمُ الْميْتةِ نجِسٌ (tulang bangkai itu najis);
b. الْمِياهُ على أرْبعةِ أقْسامٍ (air ada empat bagian).
Susunan عظْمُ الْميْتةِ merupakan susunan idhafah, عظْمُ adalah mudhaf dan الْميْتةِ adalah mudhaf ilaih yang selalu dibaca jarr. Karena kata عظْمُ berstatus sebagai mubtada` maka kata ini dibaca rafa’.
Lain halnya dengan susunan أرْبعةِ أقْسامٍ yang juga merupakan susunan idhafah, kata أرْبعةِmudhaf, dan kata أقْسامٍ mudhaf ilaih. Karena kata أرْبعةِ jatuh setelah huruf jarr, maka kata ini harus dibaca jarr.
Catatan:
Kata yang berstatus sebagai mudhaf tidak ada tanwinnya dan tidak ada kata sandang ال.
14. Ada susunan idhafah yang hampir serupa dengan susunan jarr+majrur, yaitu zharaf.
Zharaf ada dua, yaitu zharaf zaman (keterangan waktu) dan zharaf makan (keterangan tempat).
Ketika zharaf yang terdiri dari susunan idhafah itu berstatus sebagai khabar, maka zharaf tidak dibaca rafa’, akan tetapi selalu difathah. Tidak seperti yang terjadi pada susunan idhafah selain zharaf.
Contoh:
Zharaf zaman Zharaf makan
النّوْمُ بعْد العِشاءِ
Tidur (itu) sesudah isya` الإِمامُ أمام الْمأْمُوْمِ
Imam (itu) di depan makmum
Kata النوم dan kata الإمام pada contoh di atas adalah mubtada`, dan susunan kata بعد العشاء dan أمام الإمام adalah zharaf yang terdiri dari susunan idhafah. Susunan idhafah ini berstatus sebagai khabar.
Zharaf yang menjadi khabar juga bisa didahulukan dari mubtada`nya. Kasusnya sama dengan kasus khabar yang terdiri dari jarr + majrur. Contoh:
Zharaf zaman Zharaf makan
بعْد النّوْمِ غُسْلٌ
Setelah tidur mandi أمام الْمأْمُوْمِ إِمامٌ
di depan makmum ada seorang imam
Susunan kata بعْد النّوْمِ adalah khabar yang didahulukan daripada mubtada`nya dan terdiri dari susunan idhafah dari zharaf, dan kata غُسْلٌ adalah mubtada` yang diakhirkan daripada khabarnya.
LATIHAN
1. Sebutkan huruf-huruf jarr yang kau hafal!
2. Apa yang dimaksud dengan idhafah itu? Susunan idhafah terdiri dari apa saja?
3. Apa zharaf itu? Ada berapa zharaf itu? Sebutkan!
4. Bacalah teks berikut ini dengan benar! (terutama perhatikan cara membaca akhir kata dari setiap kata yang ada) kemudian terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia!
الولد المجتهد في البيت الجديد// غسل اليدين إلى المرفقين// وجلود الميتة طاهرة بالدباغ// غسل الرجلين إلى الكعبين// الاستنجاء واجب من البول والغائط// في الماء الراكد// المياه على أربعة أقسام// للثواب الكثير// إلى غروب الشمس// الاستنجاء بثلاثة أحجار// الحمد للّه رب العالمين// عند القيام من النوم// عند القيام إلى الصلاة// مسح الأذنين بماء جديد// يقرأ أحمد القرآن في البيت الكبير// في كل ركعة قيامان// للاعتكاف شرطان//
5. Carilah isim yang dibaca jarr lalu sebutkan apa yang membuat dia dibaca jarr!
6. Sebutkan status masing-masing kata dari teks di atas dan sebutkan tanda i’rabnya!


Metode 33 Pelajaran 6

PELAJARAN 6
I’RABNYA ISIM: RAFA’ DAN NASHAB
KOSAKATA:
مضمضة، استعمال، إناء، ذهبٌ، فضة، حرام، دون، قلّة
KAIDAH:
10. Ada perbedaan lain antara susunan jumlah ismiyyah dengan susunan man’ut + na’at. Pada jumlah ismiyyah, mubtada` dan khabar selalu dibaca rafa’, sementara susunan man’ut + na’at, i’rabnya tergantung pada status man’utnya.
11.a.I’rab adalah perubahan akhir kata karena perbedaan ‘amil-‘amil yang masuk kepada kata itu.
11.b.Dalam kaidah bahasa Arab, i’rabnya isim itu ada tiga, yaitu rafa’, nashab dan jarr.
Isim, jika dia berstatus sebagai mubtada` atau khabar maka dibaca rafa’. Dalam hal ini perlu dilihat akhir katanya.
Apabila isim itu mufrad (baik mudzakkar maupun mu`annats), jama’ taksir atau jama’ mu`annats salim, maka, dalam statusnya sebagai mubtada` atau khabar, huruf terakhirnya didhammah (dengan tanwin atau tanpa tanwin).
Contoh:
1. الْبِئْرُ عمِيْقٌ 3. الْبُيُوْتُ جدِيْدةٌ 5. الْمُدرِّساتُ مُجْتهِداتٌ
2. الرُّكْبةُ كبِيْرةٌ 4. الرِّجالُ جمِيْلُوْن
Apabila isim itu mutsanna (baik mudzakkar maupun mu`annats) maka tambahan akhir katanya dengan alif dan nun. Para ahli tata bahasa Arab menyebutkan bahwa tanda rafa’nya adalah alif.
Contoh:
1. الطّالِبانِ جدِيْدانِ 2. الطّالِبتانِ جدِيْدتانِ
Sementara apabila isim itu berupa jama’ mudzakkar salim maka tambahan akhir katanya adalah waw dan nun.
Contoh: الْمُدرِّسُوْن مُجْتهِدُوْن
11.c.Sementara isim-isim itu jika dibaca nashab maka huruf terakhir dari isim mufrad (baik mudzakkar maupun mu`annats) atau jama’ taksir itu difathah. Contoh: عمِيْقًا، كبِيْرةً، رِجالا; Huruf terakhir jama’ mu`annats salim dikasrah. Contoh: مُجْتهِداتٍ; Alif dan nun tambahan dari isim mutsanna berubah menjadi ya` dan nun, Contoh: جدِيْديْنِ، جدِيْدتيْنِ; dan waw dan nun tambahan jama’ mudzakkar salim berubah menjadi ya` dan nun, dan huruf sebelum ya` dikasrah. Contoh: مُجْتهِدِيْن.
Untuk status isim yang dibaca nashab akan dijelaskan kemudian.
LATIHAN
1. Apa i’rab itu? I’rabnya isim ada berapa? Sebutkan!
2. Bacalah teks berikut ini lalu terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia!
الطاولاتُ الجديدةُ في البيوتِ الكبيرةِ
الصلواتُ المفروضةُ واجبةٌ على مسلمٍ
يحفظ محمودٌ الوضوء
المدرّسان الجميلان مجتهدان في الاعتكافِ
هذا مسجدٌ جديدٌ
المضمضةُ سنةٌ في الوضوءِ
يقرأ الطلابُ الكتب
الصلاةُ واجبةٌ
المدرسون الماهرون حاضرون
استعمالُ أواني الذهبِ والفضةِ حرامٌ
الحيضُ دمٌ خارجٌ من فرجِ المرأةِ البالغة
حفظ محمدٌ الدرسين

3. Sebutkan i’rab kata yang dicetak tebal!